A. Latar Belakang
Seperti yang
dikemukakan oleh Kartono (2003:21) bahwa “membolos merupakan perilaku yang
melanggar norma-norma sosial sebagai akibat dari proses pengkondisian
lingkungan yang buruk”.
Berdasarkan definisi di atas diketahui bahwa masalah yang melatar
belakangi tingkah laku membolos sekolah ternyata memiliki dampak yang buruk
bagi diri siswa sendiri maupun sekolah. Bagi diri siswa sendiri tingkah laku
membolos dapat menghambat perkembangan belajar yang sering dihubungkan dengan
penurunan nilai akademik, ketinggalan materi pelajaran, dimarahi oleh guru
bidang studi yang menuntut pengumpulan tugas atau nilai ulangan harian,
diskorsing, bahkan dikeluarkan dari sekolah.
Sedangkan dampak buruk bagi sekolah, siswa yang membolos sering mencontoh gaya
penampilan teman sebaya dari sekolah lain yang tidak sesuai dengan aturan yang
ada di sekolahnya sehingga menghambat kedisiplinan yang diterapkan dan siswa
yang membolos dapat menghambat pencapaian tujuan pembelajaran di kelas.
Oleh karena itu diperlukan bantuan dari konselor sekolah atau guru pembimbing
untuk mengatasi tingkah laku membolos tersebut.
Upaya-upaya penanggulangan yang dapat dilakukan yaitu dengan memanfaatkan
layanan bimbingan dan konseling dengan teknik layanan informasi yaitu
memeberikan informasi dengan cara berinterkasi atau berkomunikasi yaitu dengan
salah satu teknik retorika dimana dalam komunikasi itu seorang konselor dalam
menyampaikan dengana seni berkomunikasi atau lebih jelas nya di sebut retorika
seni berbicara.
B. Rumusan
Masalah
Masalah pada makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Apakah pengertian tingkah
laku membolos?
2.
Apakah
sebab-sebab siswa membolos?
3.
Apakah pengertian teori komunikasi retorika?
4.
Bagaimanakah
cara teori komunikasi retorika dalam mengurangi tingkah laku membolos?
C. Tujuan
Tujuan dari pembahasan makalah ini sebagai berikut :
1.
Mengetahui
pengertian dari tingkah laku membolos.
2.
Mengetahui
sebab-sebab siswa membolos.
3.
Mengetahui
pengertian teori komunikasi retorika.
4.
Mengetahui
cara teori komunikasi retorika dalam mengurangi tingkah laku membolos.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tingkah Laku Membolos
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia “membolos adalah tidak masuk bekerja (sekolah,
dsb)”. Sedangkan menurut Badudu dan Zain (2001) membolos adalah sengaja tidak
masuk sekolah atau tidak masuk kerja.
Membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang
tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat. Atau bisa juga dikatakan
ketidak hadiran tanpa alasan yang jelas.
Membolos merupakan salah satu bentuk dari kenakalan siswa, yang jika tidak segera diselesaikan / dicari solusinya dapat menimbulkan dampak yang lebih parah. Oleh karena itu penanganan terhadap siswa yang suka membolos menjadi perhatian yang sangat serius.
Penanganan tidak saja dilakukan oleh sekolah, tetapi pihak keluarga juga perlu dilibatkan. Malah terkadang penyebab utama siswa membolos lebih sering berasal dari dalam keluarga itu sendiri. Jadi komunikasi antara pihak sekolah dengan pihak keluarga menjadi sangat penting dalam pemecahan masalah siswa tersebut.
Membolos merupakan salah satu bentuk dari kenakalan siswa, yang jika tidak segera diselesaikan / dicari solusinya dapat menimbulkan dampak yang lebih parah. Oleh karena itu penanganan terhadap siswa yang suka membolos menjadi perhatian yang sangat serius.
Penanganan tidak saja dilakukan oleh sekolah, tetapi pihak keluarga juga perlu dilibatkan. Malah terkadang penyebab utama siswa membolos lebih sering berasal dari dalam keluarga itu sendiri. Jadi komunikasi antara pihak sekolah dengan pihak keluarga menjadi sangat penting dalam pemecahan masalah siswa tersebut.
B.
Sebab-sebab
Siswa Membolos
Penyebab anak
membolos ada 2 faktor penting, yaitu:
1) .
Faktor yang
berasal dari dalam diri siswa sendiri, yaitu:
1. Motivasi atau
dorongan
Ada kalanya
anak menjadi patah semangat karena kurangnya motivasi dalam diri anak itu
sendiri.
2. Kemampuan
belajar
Anak membolos
bisa juga karena kemampuan belajarnya rendah dan malu untuk mengakui kekurangannya,
lebih baik mengatakan, “saya tidak masuk waktu guru menerangkan tentang
pelajaran itu” daripada mengatakan “saya tidak bisa menangkap penjelasan yang
diterangkan guru”.
3.
Akibat kegagalan
Ada kalanya
dalam belajar siswa mengalami kegagalan, akibat kegagalan yang dialami tersebut
di sering dicemooh oleh teman-temannya, dan akhirnya lebih baik membolos saja.
4. Rasa rendah
diri
Kemampuan yang
dimiliki setiap anak tidak sama, bagi anak yang mempunyai kemampuan rendah
dibanding teman-temannya, maka hal ini akan menyebabkan anak menjadi rendah
diri atau minder.
5. Kesalahan dalam
belajar
Siswa merasa
mendapatkan sesuatu yang lebih menarik dari pada kegiatan di sekolah, hal ini
merupakan suatu kesalahan dalam belajar. Karena dengan membolos siswa tidak akan
mendapatkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.
2) Faktor yang
berasal dari luar diri siswa, yaitu:
1. Dari keluarga
Adanya anggapan
dari orang tua tentang kurang pentingnya pendidikan, sehingga ada orang tua
yang melindungi anaknya membolos.
2. Interaksi guru
dengan siswa
Interaksi ini
banyak bergantung pada setiap guru dalam menghadapi murid, ada kalanya guru
tidak mengetahui kalau ada siswa yang merasa terasing di tangah-tengah teman
sekolahnya.
3. Dari teman
Pengaruh
teman-temannya sangat besar dalam membolos sekolah, ada hal-hal menarik yang
bisa dilakukan dengan teman-temannya ketika membolos sekolah.
.
C. Defenisi Retorika
Berbicara yang akan dapat
meningkatkan kualitas eksistensi (keberadaan) di tengah-tengah orang lain,
bukanlah sekadar berbicara, tetapi berbicara yang menarik (atraktif), bernilai
informasi (informatif), menghibur (rekreatif), dan berpengaruh (persuasif).
Dengan kata lain, manusia mesti berbicara berdasarkan seni berbicara
yang dikenal dengan istilah retorika. Retorika adalah
seni berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah
orang secara langsung bertatap muka. Oleh karena itu, istilah retorika
seringkali disamakan dengan istilah pidato. Agar lebih jelas
maka dalam ulasan berikut ini akan didalami secara bersama beberapa pemahaman
dasar tentang retorika.
Retorika
memberikan suatu kasus lewat bertutur (menurut kaum sofis yang terdiri dari
Gorgias, Lysias, Phidias, Protagoras dan Socrates akhir abad ke 5 SM), yang
mengajarkan orang tentang keterampilan berbicara dan menemukan sarana
persuasif yang objectif dari suatu kasus. Studi yang mempelajari kesalahpahaman
serta penemuan saran dan pengobatannya. Retorika juga mengajarkan tindak
dan usaha yang efektif dalam persiapan, penetaan dan penampilan tutur untuk
membina saling pengertian dan kerjasama serta kedamaian dalam kehidupan
bermasyarakat.
Dalam
ajaran retorika Aristoteles, terdapat tiga teknis alat persuasi (mempengaruhi)
politik yaitu deliberatif, forensik dan demonstratif. Retorika deliberatif memfokuskan diri pada apa yang akan
terjadi dikemudian bila diterapkan sebuah kebijakan saat sekarang. Retorika forensik lebih memfokuskan pada sifat
yuridis dan berfokus pada apa yang terjadi pada masa lalu untuk menunjukkan
bersalah atau tidak, pertanggungjawaban atau ganjaran. Retorika demonstartif memfokuskan pada wacana memuji
dengan tujuan memperkuat sifat baik atau sifat buruk seseorang, lembaga maupun
gagasan.
D. Tujuan
Retorika
Tujuan
retorika adalah persuasi, yang dimaksudkan dalam persuasi dalam hubungan ini
adalah yakinnya pendengar akan kebenaran gagasan hal yang dibicarakan
pembicara. Artinya bahwa tujuan retorika adalah membina saling pengertian yang
mengembangkan kerjasama dalam menumbuhkan kedamaian dalam kehidupan
bermasyarakat lewat kegiatan bertutur.
E. Metode
Retorika
D.1. Exordium (pendahuluan)
Fungsinya
pengantar kearah pokok persoalan yang akan dibahas dan sebagai upaya menyiapkan
mental para hadirin (mental prepation) dan membangkitkan perhatian (attention
arousing). Berbagai cara dapat ditampilakan untuk memikat perhatian hadirin.
a) Mengemukakan kutipan (ayat kitab
suci, pendapat ahli kenamaan, dll)
b) Mengajukan pertanyaan
c) Menyajikan ilustrasi yang spesifik
d) Memberikan fakta yang mengejutkan
e) Menyajikan hal yang bersifat manusia
f) Mengetengahkan pengalaman yang
ganjil
Beberapa
hal yang perlu dihindari dalam retorika, antara lain:
a)
Permintaan
maaf karena kurang persiapan, tidak menguasai materi, tidak pengalaman dll.
b)
Menyajikan
sebuah lelucon yang berlebihan.
D.2. Protesis (latar belakang)
Mengemukakan
hakekat pokok persoalan tersebut secara factual atau secara kesejahteraan
nilainya serta fungsinya dalam kehidupan. Jadi pembahasan ini dikemukakan
sedemikian rupa sehingga tampak jelas kaitannya dengan kepentingan pendengar.
D.3. Argumentasi (isi)
Memberikan
ulasan-ulasan tentang topic yang akan disajikan secara teoritis, kemudian
mengemukakan kekuatan posisinya.
D.4 Conclusio (kesimpulan)
Suatu
penegasan hasil pertimbangan yang mengandung justifikasi atau pembenaran
menurut penalaran orator atau pembawa naskah.Yang perlu dihindari dalam
pembuatan kesimpulan adalah:
a) Mengemukakan fakta baru
b) Mengemukakan kata-kata mubazir dan tidak
fungsional
Dua
persyaratan mutlak bagi orang yang akan muncul sebagai orator:
a) Source credibility atau sumber yang terpercaya (ahli
dibidangnya)
b) Source actractivinees atau daya tarik sumber artinya
memiliki penampilan yang meyakinkan untuk tampil sebagai orator.
D.5. Etika Retorika
a) Memperhatikan kondisi keadaan
tertentu, hal ini memerlukan keputusan yang bijaksana, humanistis dan etis
social.
b) Memperhatikan standar benar tidaknya
ditentukan hokum
c) Memperhatikan etika nilai adat
istiadat atau tata nilai kesopanan yang berlaku dimasyarakat.
d) Memperhatikan alasan logis atau
fakta yang ada
e) Memiliki kekuatan dalil atau nash
E.
Penggunan Setrategi Setorika untuk Mereduksi Prilaku Membolos
Membolos dapat
diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang
tidak tepat. Atau bisa juga dikatakan ketidak hadiran tanpa alasan yang jelas.
Membolos merupakan salah satu bentuk dari kenakalan siswa, banyak factor yang memnyebankan siswa memebolos sekloah dia antarnya
Membolos merupakan salah satu bentuk dari kenakalan siswa, banyak factor yang memnyebankan siswa memebolos sekloah dia antarnya
1. Motivasi atau
dorongan
2. Kemampuan
belajar
3.
Akibat kegagalan
4. Rasa rendah
diri.
5. Kesalahan dalam
belajar
Akan tetapi
kita bisa lihat dalam fonemena dilapangan di mana kita ketahui banyak kejadian
kejadian yang buruk salah satu nya di mana siswa banyak melakukan pelangaran
kedisipilinan seprti membolos sekolah mungkin salah satu nya faktor nya siswa
memiliki motifasi rendah dan perlu dorongan baik dari guru atau orang di
sekitar nya terutama bagi guru bk di mana sudah menjadi tugas nya.
Nah dari sini
lah seorang koselor harus pandai dalam memberikan informoasi, berkomunikasi
agar siswa yang bersangkautan mau menerima nya maka salah satu strategi dalam
komunikasi adalah setrategi retorika atau lebih jelas nya seni berbicara, jadi dalam dalam berkomnukasi
haruslah seorang konselor harus memliki seni berbicara agar menimbulkan persaan
keyakinan pada diri siswa .
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan
di atas maka sangat lah di butukan setrategi berbicara karenan selama ini kita
lihat fakta di lingkungan banyak sekali siswa yang melangar kedisipilan di
sekolah, seprti memebolos nah dari sisnilah dengan setragi retorika siswa dapat
mengurangi pri laku membolos nya tersebut.
B. Saran
Setelah melalui studi pustaka dan
diskusi kelompok selesailah makalah ini. Sepenuhnya kami sadar akan banyaknya
kekurangan di beberapa titik. Banyak penafsiran-penafsiran serta pendapat yang
berbeda dan itu semua tidak lepas dari sifat fitrah dari penulis sebagai manusia
yang memiliki banyak keterbatasan. Jadi maklumlah kiranya, jika terdapat
berbagai pendapat yang penulis simpulkan. Oleh semua itu, jika sampai terdapat
beberapa perbedaan pendapat, tentunya bisa di pelajari. Maka, besar harapan
kami adanya respon dari pembaca terhadap makalah ini.